Ada yang lain di antara kita? oh aku harap tidak ada. Resiko berjauhan
cemburu itu wajar, entah itu aku ataupun kamu. Aku tak pernah bilang kapan dan
saat apa aku cemburu, mungkin menurutmu memang tak ada yang bisa buatku cemburu
mengingat kau hanya kerja, kerja dan kerja.
Cemburu itu bagiku bukan soal kurang
percaya apa katamu tapi sebagai bentuk posesifnya aku yang kadang bikin kamu
kzl dan buat kita sedikit berdebat. Padahal aku tau aku telah memenangkan
hatimu, menjadi wanita kedua– setelah Ibumu– di hatimu, tapi tetap saja. Kau di
sana. Aku di sini. Kita terpisah jarak. Dan aku harus menyingkirkan pengandaian
bahwa di sana ada wanita yang akan menganggu kita.
Aku takut aku akan terlalu membuatmu
bosan menghadapi sikapku, karena memang biasanya rinduku terluapkan dengan
emosi. Aku tak ingin kau risih dengan keinginanku yang selalu ingin kita
bersua.
Aku sering kali bertanya-tanya, “Apakah
kau juga merindukanku?”, “Apakah kau tersiksa dengan tempat kita berada?”
“Apakah kau juga ingin segera bertemu lagi?” “Dan apakah kau sedang
berpura-pura untuk terlihat kuat agar bisa menanggung beban rindu ku dan
rindumu?” Ku ingin kau membenarkan semua pertanyaanku ini.
Maafkan aku yang masih kurang dewasa
untuk menghadapi kita. Saat masalah
datang, kau selalu menghadapinya dengan tenang. Bahkan ketenanganmu membuatku
berpikiran bahwa kau ingin menyudahi hubungan ini. Kau yang selalu
mempertahankan, menyelesaikan masalahnya dan aku yang selalu meminta untuk
menyelesaikan hubungannya.
Sekali lagi, maafkan...