November; Rengat Hati

 Mungkin benar apa yang dikatakan banyak orang, aku terlalu bodoh untuk mengharapkan cintamu yang semu itu. Aku seperti wanita tak berharga jika masih mengharapkan kamu seutuhnya. Semua orang bosan dengan kesedihanku yang hanya tentangmu, bahkan air mataku pun enggan jatuh jika itu berkaitan denganmu.

Semua orang yang tahu tentang kisah kita pasti menyuruhku untuk melepaskanmu, seperti kamu yang seakan mau melepasku juga. Aku tak tahu kenapa bisa seperti ini. Aku seakan tak mengenal diriku lagi. Hidupku hanya tentang kamu. 

Skripsi. 

Komunitas.

Pekerjaan. 

Semua berantakan hanya karena mood-ku yang kacau dengan semua permasalahan kita.


Aku benci dengan diriku yang sekarang. Sungguh. Aku berubah. Berbeda jauh dengan aku yang biasanya. Bahkan aku membandel kepada ibuku sendiri, jika itu berkaitan denganmu. Ibuku tahu tentang kita, ibuku tahu cerita kita, awalnya ibuku menyetujui tapi setelah ia melihat anaknya diam-diam menangisi pria yang tak tahu diri, ibuku memberikan ultimatum untuk segera mengakhiri hubungan denganmu. Namun tetap saja aku kekeh pada perasaanku dan berusaha memperbaiki namamu di depan ibu. Sayangnya “Cukup cerita tentang manusia itu. Kau lebih pantas menangisi kehilangan makanan favoritmu dibanding harus menangisi dia.” Kata ibuku disuatu malam saat ia mendapatiku berusaha tersenyum walau mata berkaca-kaca.

Aku terbuai rayuan mautmu. Aku mulai terbiasa dengan kebiasaan kita yang dahulu. Semua berjalan dengan baik, skenario yang kau susun dengan indah pun berjalan sesuai alurnya. Tapi tidak setelah kecurigaanku terbukti benar. Terlebih saat kamu memilih untuk tidak jujur.

Kebohonganmu masih bisa ku terima, karena aku tahu bagaimana ada di posisimu. Ingin mempertahankan tapi tak bisa memilih. Di sisi lain aku pun paham apa sebenarnya yang kamu inginkan. Tapi sayangnya, aku sulit untuk berbagi dan aku rasa kamu akan kewalahan. Drama macam apa ini LOL.

Pada akhirnya kamulah yang membuat kisah ini menjadi fiksi. 

Pantesan yaa waktunya cuman malam doang, ternyata nunggu yang di sana tidur dulu wkwk. Alasan mah kerja WKWKWK. Bangke emang. Saat yang di sana tahu kamu udah tidur ga taunya videocall bareng aku sampe larut HAHAHAHAHAHA. Thank before ya.

Ajaibnya aku terus percaya dengan apa yang kamu katakan, walaupun saat kamu bilang “Kenapa sih kita harus jauh?” aku tahu saat itu kamu dilema. Makanya saat itu aku memilih untuk mundur, tapi sayang kamu menahanku hingga aku tak dapat berkutik lagi.

Terciptalah sebuah ide yang aku sendiri tak paham kok bisa aku mengatakan hal tersebut dan sangat disayangkan kamu pun menyetujuinya. Permainan macam apa sebenarnya yang telah kita jalani? Sehingga aku merasa jijik pada kita.

Aku selalu percaya ga semua orang yang menjalin hubungan jarak jauh akan berakhir dengan kasus yang sama. Ternyata.... Berlaku juga ya untuk kita, hahaha.

Kamu yang tiba-tiba mengatakan "Emangnya aku pantas sayang sama kamu? Kamu di sana dengan aktivitas kamu, sedangkan aku?" membuatku ingin lebih memberi pengertian bahwa aku di sini menyayangimu dengan apa adanya dirimu. 

Nanti setelah perpisahan kita, aku jadi sadar. Pertanyaanmu itu merupakan bentuk kasih sayangmu kepadaku. Selain perasaan yang tulus, tak ada lagi yang bisa ku berikan padamu. Sedangkan dia yang di sana, mungkin bisa 'memberikan' apapun yang kamu minta. Terima kasih. 'Menjaga' adalah bukti cinta yang lebih kuat dibanding limpahan perasaan.

 



Malam itu, 42 menit. Adalah akhir dari semuanya.

Ada rasa yang harus ku bunuh dengan kejam.

Ada penasaran yang harus dibohongi padahal tak tega.

Ada raga yang terdiam hendak bertanya tapi dipermainkan.

Ada jiwa yang tak baik-baik saja tapi masih bisa terlihat santai.

Ada isak tangis tapi diganti dengan senyum ceria.

Ada hati yang tak ingin saling melepaskan tapi memilih pergi.

Ada yang berusaha ikhlas tapi dibuat ragu dengan "Aku kalo lihat aktivitas kamu, perasaan aku tumbuh terus. Tapi aku ga mau kalo sampe kamu blokir aku."

Ada yang berusaha untuk selalu ingat "Sekarang aku pengen panggil kamu Sayang, aku pengen manggil Nunu lagi." tapi ada yang mencoba melupakan "Ga ngaruh, kamu mau manggil Sayang, manggil Nunu. Aku ga peduli. Perasaan aku udah pudar, kamu udah bukan jadi penguasa perasaanku lagi."

Ada bibir yang berucap “Tolong, jangan ganggu aku lagi. Jangan dekati aku lagi. Apalagi kalo nanti aku udah punya pasangan. Karena, jujur aku takut sama kamu.” Lalu dibalas dengan “Kalo saat itu kamu tidak punya pasangan, aku pun udah ga sama dia lagi dan perasaan aku ke kamu masih ada gimana?”

Ada kecewa yang menegaskan “Cukup ya untuk kita. Jangan pernah kembali lagi.” Tapi ada buaya yang membahasakan “Jangan ngomong gitu, emang kamu udah tahu kalo nantinya kita ga berjodoh?”

Ada mulut yang tak sanggup mengatakan selamat tinggal tapi bisa mengatakan “Kalo ada yang suka sama kamu, terima aja.”

Intinya, malam itu ada aku yang berusaha melepaskanmu untuk yang kesekian kali dan ada kamu yang lebih banyak diam tapi terus mempertanyakan kenapa aku bisa mengatakan hal itu. Sayangnya, malam itu sudah tak ada lagi kita.

Terima kasih, karena tidak pernah menyentuhku.

Terima kasih untuk lagunya. Tolong dijaga bukunya.


For the last…

“Lang, perselingkuhan adalah hal yang tak akan pernah bisa ku tolerir. SAMPAI KAPAN PUN!”

Dari :

           Gadis yang kamu sebut Nunu.

 

Sabtu, 28 November 2020

Saat kamu blokir WA-ku tepat setelah kamu lihat isi story-ku wkwk.